Kekuatan Beres-Beres Kamar
Tulisan ini mungkin tidak akan relate bagi semua orang tapi saya tetap ingin membagikannya. Meski begitu, saya juga meyakini bahwa banyak orang yang mungkin saja sudah lebih dulu merasakan manfaatnya. Tak hanya bagi mereka yang hidup sebagai anak kos, saya berharap tulisan ini juga bisa memberi manfaat kepada banyak orang dengan latar belakang apapun. Ini hanyalah pengalaman pribadi, bukan sebuah riset bertahun-tahun, jadi jika tidak sesuai dengan ekspektasi kalian, mohon diabaikan saja.
Pernahkah kalian merasa kelelahan
setelah bekerja sepanjang hari? Tak hanya lelah secara fisik, banyak diantara
kita juga lelah secara mental setelah menghadapi berbagai drama di kantor,
pekerjaan yang menumpuk, hubungan yang sedang tidak baik dengan partner kerja
bahkan dengan orang-orang terdekat kita. Disaat-saat yang terpuruk seperti ini,
salah satu hal yang setidaknya kita butuhkan adalah menjauh dari keramaian dan
istirahat di kamar tanpa gangguan siapa pun.
Tapi, apa jadinya ketika kamu kembali
ke kos untuk istirahat namun yang kamu temui adalah kamar kotor yang sangat
berantakan? Percayalah, yang kamu dapat setelah melihat kamar kotormu itu
hanyalah energi buruk. Lelahmu semakin bertambah-tambah, semangatmu semakin
kendor dan ujung-ujungnya energimu sudah habis lebih dulu sebelum sempat
membersihkannya. Akhirnya kamu tertidur di kamar yang kotor dengan mood
yang tidak membaik. Sialnya, pola seperti ini bisa terjadi dalam kurun waktu
yang lama.
Ingat, ini bukan perkara kita memiliki
gaya hidup yang kotor atau bersih tapi ini adalah persoalan tentang
membersihkan yang sudah terlanjur kotor. Perlu diketahui bahwa ketika kita
menyadari sesuatu kotor, maka sebenarnya otak kita juga memahami apa itu
bersih. Namun, pada kondisi tertentu kita seperti tidak punya waktu untuk
beres-beres karena berbagai hal, termasuk kelelahan dan stress yang kita alami.
Persoalan selanjutnya adalah kapan kita akhirnya mau membersihkan yang kotor
itu?
Saya pernah kembali dari kantor
lalu menemui kamar saya dengan kondisi yang sudah tidak karu-karuan. Lantainya
kotor, kasur berantakan, baju kotor menumpuk, banyak peralatan yang sudah tidak
pada tempatnya, di langit-langit bahkan sudah ada jaring laba-laba, piring
bekas makan saya kemarin bahkan 3 hari sebelumnya belum dicuci, kamar mandi
yang berantakan dengan lantai yang hanya disikat seadanya, bau kamar yang tidak
sedap hingga udara yang sangat pengap. Setelah saya lihat-lihat, dibeberapa
sudut kamar juga kondisinya lembab yang membuat cat dinding kamar saya memudar
dan kotor. Intinya sangat kacau balau. Semua itu tentu bukan tanpa sebab.
Beberapa bulan terakhir saya memang cukup stress, banyak planning yang berantakan,
pekerjaan yang menumpuk, hubungan dengan beberapa orang yang memburuk dan
banyak hal lainnya. Saya hanya menjalani hari sebagai rutinitas dan sama sekali
tidak produktif. Tumpukan masalah-masalah itu benar-benar menutup niat saya
untuk beberes. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, energi kita sudah
habis terlebih dahulu sebelum sempat membersihkannya. Ditengah-tengah kekacauan
itu, saya bahkan harus bekerja ke luar kota dan meninggalkan kos dengan waktu
yang cukup lama. Akhirnya, kamar yang kotor semakin kotor.

Pada akhirnya segala sesuatu yang
tidak baik harus diakhiri. Saya mulai mengakhiri kekotoran ini dengan mengambil
langkah pertama. Saya menghubungi pemilik kos dan meyampaikan permintaan agar
kamar saya dicat ulang karena dibeberapa bagian sudah tampak kotor dan memudar.
Tanpa banyak drama, pemilik kos langsung menjadwalkan tukang untuk mengecat
ulang kamar saya. Singkat cerita, kini dinding kamar saya sudah tampak lebih
bersih dengan cat yang baru. Namun, ini baru dindingnya saja. Ditengah-tengah
kamar berukuran 3 × 4 meter itu, terlihat sangat berantakan dengan tumpukan
barang yang banyak. Maklumlah, tukangnya menggeser semua barang-barang saya ke
tengah kamar agar dia leluasa untuk mengecat.
Urusan saya dengan tukang cat
selesai. Sekarang saya berurusan dengan tumpukan barang-barang yang saya
sendiri pun bingung, kenapa bisa sebanyak ini? Tapi tidak apa-apa, akan saya
bereskan. Jujur saja, ketika saya melihat kamar saya dengan cat yang baru, mood
saya sedikit membaik dan cukup bersemangat untuk beberes. Saya mulai dengan
menyortir mana saja barang yang masih saya perlukan dan mana saja barang yang
sudah seharusnya saya buang. Disini saya menyadari bahwa saya kerap kali
mengumpulkan barang yang sebenarnya tidak benar-benar saya butuhkan. Contohnya
adalah paper bag, kotak-kotak produk dan yang lainnya. Saya membuang semua
barang-barang itu dan hanya menyisakan barang-barang yang saya butuhkan. Tentu
saja saya belum mampu melakukan hal se-ekstrim yang dilakukan oleh Fumi Sasaki
dalam bukunya yang berjudul “Goodbye, things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang”
dimana dia membuang barang-barangnya dalam jumlah yang sangat banyak.
Kegiatan sortir menyortir selesai.
Kini saya membersihkan setiap barang yang tersisa. Debunya sunggulah banyak
menandakan bahwa saya telah mengabaikan mereka cukup lama. Setiap barang saya
susun dan tempatkan dengan benar untuk mendapatkan lay out terbaik. Saya
mengganti seprai kasur dan sarung bantal, memasukkan baju kotor ke plastik
untuk dilaundry, mencuci piring kotor yang bertumpuk, menyapu dan mengepel
lantai, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Tak terasa saya sudah
menghabiskan waktu berjam-jam dan hasilnya adalah kamar saya tampak sangat
berbeda. Sekarang saya sangat menyukainya, semangat saya bertambah-tambah.
Namun yang lebih luar biasanya adalah dampak positif yang saya dapatkan setelah
beres-beres kamar ini. Sesuatu yang saya tidak pernah duga sebelumnya.
Berbeda dengan hari-hari
sebelumnya, kepulangan saya ke kos tidak lagi disambut dengan kamar bak kapal
pecah. Ketika saya membuka pintu, mood saya langsung membaik. Saya
disambut dengan buku-buku yang tersusun rapi di rak. Buku itu sudah saya
kelompokkan dengan beberapa kategori, buku yang belum dibaca sama sekali, buku
yang sudah selesai dibaca dan buku yang sedang dibaca. Saya melihat kasur
tampak sangat rapi, seprai dan sarung bantal dengan motif yang sama serta
selimut yang terlipat sempurna. Meja kerja saya tampak luas setelah membuang
banyak barang yang selama ini memenuhi meja tersebut. Piring dan gelas tersusun
rapi pada rak piring. Tumpukan baju kotor tidak terlihat lagi pada keranjang. Peralatan
mandi saya berjejer dengan rapi di kamar mandi. Lantai kamar terlihat bersih
mengkilap begitu pula dengan dinding-dindingnya. Udaranya wangi dan segar. Ini
adalah tempat pelarian yang sempurna.
Tak hanya memberi pemandangan yang
indah, ternyata kamar yang sudah dibereskan ini juga mempengaruhi saya secara
mental. Apakah dengan kamar yang bersih masalah saya langsung hilang? Tentu
saja tidak. Tapi setidaknya, ketika saya ingin menghindar dari keramaian dan
beristirahat, kamar ini mampu menjadi tempat ternyaman. Misi untuk beristirahat
tanpa terganggu bisa terwujud di kamar yang bersih ini. Ketika saya memasuki
kamar, wajah saya tidak lagi masam. Hebatnya lagi, banyak kebiasaan positif
yang justru muncul saat kamar saya terlihat bersih dan rapi.
Dulu, ketika merasa lelah pulang
dari kantor, saya sering kali langsung merebahkan tubuh di kasur. Sekarang
tidak lagi. Jika saya ingin rebahan, saya wajib ganti baju dan mandi atau
setidaknya mencuci kaki dan tangan. Rasanya saya tidak ikhlas kalau harus
mengotori kasur dengan pakaian yang sudah bercampur dengan debu dan keringat. Selain
itu, ketika saya selesai makan malam, saat itu juga piring yang saya gunakan
langsung dibersihkan sehingga tidak ada piring kotor yang menumpuk. Lagi-lagi, saya
seperti tidak tega jka kamar bersih ini harus kotor kembali.
Sebelumnya, saya selalu berangkat
ke kantor dan meninggalkan kamar dengan kondisi yang berantakan. Namun, sejak
beres-beres yang saya lakukan, saya selalu meluangkan waktu untuk beberes
dipagi hari. Tujuannya sederhana, saya ingin kembali dari kantor dan disambut
oleh kamar yang bersih dan wangi. Saya tidak mau menunggu kamar ini sampai
menjadi kapal pecah lagi baru dibersihkan. Sampai dititik ini, tanpa disadari
saya sudah terkena efek domino yang sangat nyata.
Begini efek domino yang saya
rasakan. Tujuan awal saya adalah bagaimana caranya mempertahankan kamar ini
agar selalu tetap bersih kapan pun saya memasukinya. Salah satu caranya adalah
dengan wajib beres-beres dipagi hari sebelum berangkat ke kantor. Jika ingin
beres-beres dipagi hari maka saya harus bangun lebih awal. Jika ingin bangun
pagi lebih awal, maka saya harus tidur malam lebih awal juga. Dua hal tersebut
berhasil saya lakukan. Efek nyata yang secara tidak langsung juga saya dapatkan adalah saya tidak pernah lagi begadang dan
terlambat ke kantor ditambah tubuh saya juga menjadi lebih fit setiap harinya.
Efeknya tidak sampai disitu saja.
Saya menjadi terbiasa bangun pagi dan langsung beres-beres. Nah, ketika saya
selesai beres-beres, saya masih punya jeda waktu yang cukup banyak sebelum
bersiap ke kantor. Jeda waktu tersebut saya gunakan untuk membaca buku atau
olahraga atau bahkan keduanya secara bergantian. Jika diurutkan maka prosesnya
akan menjadi: bangun pagi → beres-beres
→ baca
buku → olahraga
→ berangkat
ke kantor. Ingat, tujuan awal saya adalah untuk mempertahankan supaya kamar kos
ini tetap bersih dan wangi. Tapi kalian bisa hitung sendiri seberapa banyak
kebiasaan baru positif yang berhasil saya terapkan.
Belum berhenti sampai disitu.
Sekarang saya menjadi konsisten baca buku dan olahraga. Karena saya sudah
konsisten olahraga, saya mulai memikirkan berapa berat badan ideal saya dan
seperti apa pola makan yang baik? Begitu juga dengan baca buku, saya semakin
rajin mencari buku-buku yang menarik untuk dibaca. Hebatnya, saya melakukan itu
semua dengan senang hati, tanpa ada ekspektasi dan tekanan apapun. Semuanya
mengalir begitu saja.
Saya sendiri meyakini segala
sesuatu yang baik akan mendatangkan kebaikan juga. Beres-beres kamar adalah
kegiatan kecil yang baik yang menghasilkan lingkungan bersih dan nyaman. Rasa
nyaman mendatangkan mood yang baik. Mood yang baik mendatangkan
pikiran yang jernih dan positif. Pikiran yang jernih dan positif membuat kita
melihat dan menyikapi sesuatu menjadi lebih baik dan terstruktur. Pemikiran
yang terstruktur membuat kita menjadi lebih produktif.
Sekarang saya menjalani hari-hari
jauh lebih baik dari sebelumnya. Meskipun dihari libur atau weekend saya
tetap bangun pagi seperti biasanya. Jujur saja, kebiasaan tidur dan bangun yang
teratur ini sangat mempengaruhi banyak hal, termasuk memaksa saya untuk selalu
produktif meskipun di hari libur atau weekend. Dulu, ketika ada libur
saya selalu begadang dan bangun kesiangan serta bisa menghabiskan waktu dengan
hanya scroll Tiktok dan makan. Sekarang, saya mengisinya dengan
berolahraga, membaca, mencuci pakaian, menonton film-film bagus, menulis dan
yang lainnya. Pada tahap ini, kita tidak perlu membandingkan produktivitas kita
dengan orang lain, cukup bandingkan dengan diri kita yang sebelumnya, maka kita
akan mulai mengapresiasi diri sendiri.
Oh iya, sebelum beres-beres kamar ini,
semua pakaian kotor saya selalu dilaundry kecuali pakaian tertentu. Namun
semenjak saya konsisten untuk beres-beres kamar, saya menjadi cukup terganggu
jika melihat baju kotor menumpuk, sehingga saya putuskan untuk mencuci pakaian
sendiri per 3 hari sekali. Kini saya tidak ketergantungan lagi dengan tukang
laundry. Selain membuat tubuh saya bergerak lebih banyak, mencuci pakaian
sendiri juga membuat saya sedikit berhemat.
Menariknya lagi, ada momen dimana
saya selalu memperhatikan meja dan rak-rak buku saya apakah ada debu atau
tidak. Padahal sebelumnya debunya sampai menebal karena diabaikan. Saya bahkan
sengaja menaruh sebuah kemoceng didekat rak buku untuk mempermudah saya bersih-bersih kapanpun
saya mau. Saya sampai sebegitunya untuk mempertahankan kamar saya tetap bersih
dan nyaman.
Saya menyadari bahwa perubahan
besar tidak selalu datang dari hal-hal besar. Dia bisa datang kapan saja dengan
cara apapun. Sesederhana hanya beres-beres kamar, namun dampak yang saya
dapatkan sangatlah banyak. Saya menjadi punya pola bangun tidur yang teratur,
pola makan yang sehat, konsisten olahraga dan membaca buku. Saya juga menjadi
lebih produktif dengan lebih rajin menulis, menonton film-film bagus, mencuci
pakaian sendiri dan konsisten untuk bersih-bersih. Secara mental, pikiran saya
menjadi lebih positif, mood menjadi lebih stabil dan selalu berusaha
melihat sesuatu dari berbagai perspektif.
Ini hanyalah sebuah perjalanan kecil untuk keluar dari lingkungan yang “kotor”. Coba lihat kamarmu! Apakah ruang kecil itu sudah seperti yang kamu harapkan? Jika belum, saatnya beres-beres untuk kehidupan yang lebih baik!